KEHANGATAN KEPADA PASANGAN SEPANJANG PERNIKAHAN
Kehangatan pada pasangan harusnya tidak hanya ada di awal pernikahan. Namun terus berkelanjutan. Terlebih, dengan usia pernikahan yang semakin bertambah, kehangatan menjadi salah satu pilar dasar terjaganya keharmonisan hubungan.
Menunjukkan kehangatan dan cinta kepada istri ialah salah satu ajaran Rasulullah ﷺ.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَّكِئُ فِي حَجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
“Nabi Muhammad ﷺ pernah bersandar di pangkuanku sambil membaca Al-Qurʼan, dan saat itu aku sedang haid..” (HR. Al-Bukhari (297) dan Muslim (301).
Al-‘Allamah al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
“Dalam hadits ini terdapat pelajaran tentang kehangatan Nabi Muhammad ﷺ bersama istrinya; beliau bersandar di pangkuan istri beliau sambil membaca Al-Qurʼan.
Jelas, hal ini ialah gambaran sifat rendah hati kepada pasangan yang akan melahirkan cinta, rasa kasih, dan menghilangkan beban.
Duhai seandainya kita meneladani Rasulullah ﷺ dalam akhlak mulia nan indah ini. Namun sayangnya, ada sebagian suami yang tidak mendekati istrinya kecuali saat di ranjang! Bahkan ada yang tidak saling mendekati; sang suami tidak dekat dengan istrinya dan istrinya juga tidak dekat dengan suaminya, seolah-olah istrinya ialah orang lain. Hal semacam ini tidak pantas!
Semakin dekat hubungan suami istri maka semakin baik; saat itulah [pasutri] mendapatkan kasih sayang, kehidupan yang bahagia, dan jauh dari sebab perpisahan..”
(Syarah Umdatul Ahkam, 1/375-376)
Oleh: Aisyahrini Astuti